Tradisi Kemeriahan Malam Takbiran di Pontianak




Sudah menjadi tradisi malam takbiran di kota Pontianak diramaikan oleh festival meriam karbit, sejak pukul 19.00 sepanjang pinggiran sungai Kapuas telah ramai didatangi warga yang ingin menyaksikan secara langsung kayu-kayu besar yang diisi air dan karbit, sehingga ketika dicolok dengan api akan mengakibatkan ledakan.

Festival ini berlangsung selama tiga hari tiga malam, dimulai pada waktu maghrib hari terakhir puasa, dentuman suara keras yang mampu mencapai radius lima Kilometer, tidak membuat takut kebanyakan warga yang asyik menonton bahkan beberapa mencoba bermain. 


Dzulkarnaen (37) yang akrab dipanggil Bang Oye oleh warga sekitar gang Haji Mursyid, bersama timnya menjadi pemenang pada festival meriam karbit tahun lalu, untuk menjaga semangat dan kekompakkan kelompoknya, ia mengaku mempersiapkan semuanya sebelum bulan puasa, baik dari dekorasi panggung, motif hiasan meriam, dan penampilan seni budaya.

“ Kalau festival ini tidak didukung warga, bakal susah menang, untungnya ibu-ibu pengajian menampilkan hadrahannya, terus yang anak-anak muda menampilkan tariannya, “ papar Bang Oye.
Bang Oye mengungkapkan untuk festival tahun ini, timnya menambah jumlah batang meriam sebanyak tiga buah, sehingga total yang dimiliki sembilan buah. Untuk mendapatkan batang meriam yang bagus, ia membeli di gertak kuning kampung arab, harga satu batang meriam dengan kualitas yang bagus dimulai dari harga sekitar Rp. 2 juta. 

“ Dana untuk membeli batang baru berasal dari hadiah tahun lalu sebesar Rp.10 juta, jadi cukup untuk subsidi tahun ini, berbeda dengan tahun lalu yang harus gencar masukin proposal sana sini, agar dapat memeriahkan festival, seperti membeli karbit satu kilo saja Rp. 20 ribu, sedangkan yang dibutuhkan seratus kilo, kostum harga sewanya saja Rp.75 ribu, sedangkan tim kita tujuh orang, belum tim tari dan hadrahan, jadi butuh banyak modal “ Ujar Bang Oye. 

Untuk menghasilkan suara meriam yang maksimal, Bang Oye memperhatikan kualitas kayu yang digunakan, kerapatan dari pengikatan dengan pelepah bambu, dan banyaknya karbit yang digunakan.  “ Harus cari batang meriam yang kualitasnya bagus, kalau tidak nanti suaranya kecil, makin besar meriam bisa makin besar pula suaranya, tapi yang paling penting takaran kabit yang dipakai, “ Katanya. 

Saat ini pengerjaan dekorasi dan hiasan meriam karbit baru sekitar tujuh puluh persen, Bang Oye bersama timnya melakukannya dari habis shalat taraweh sampai menjelang sahur, targetnya H-3 sudah selesai semuanya, tinggal focus dan perkuat latihan saja. Kali ini ia mempersiapkan karbit sekitar dua ratus kilogram lebih untuk meramaikan festival.

“ Sudah tradisi meramaikan malam takbiran seperti ini, kalau tidak ada festival meriam karbit, pasti Pontianak sepi-sepi saja, “ Kata Bang Oye yang bermain meriam karbit sejak masih sekolah dasar.




Labels: